“Ummi,
mas ngantuk ndak mau muroja’ah sekarang”. Ucap Fatih dengan menunjukkan wajah
melas pada Umminya.
“ Mas Fatih kan dari tadi sore main
terus, besok di marah ustadzah kalo gak mau setor hafalan sekarang”. Balas Ummi
dengan sedikit tegas.
Aku pun tersenyum memperhatikan
peristiwa malam itu. Entah mengapa tiap melihat Fatih membuat alasan kepada
orang tuanya agar tidak menyetor hafalan, aku selalu ingin tertawa dikarenakan
wajah melasnya yang pandai sekali ia tunjukkan.
Fatih adalah keponakan pertamaku
yang tinggal dekat dengan rumahku. Ia bersekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu
dan sedang duduk di kelas dua sedangkan adiknya berusia lima tahun. Tidak
berasal dari keluarga penghafal qur’an, namun keluarga kami sangat menginginkan
anaknya untuk bisa menghafal Al-qur’an. Untuk itu sejak dini, Fatih dan adiknya
Naqiya sudah dilatih untuk menghafalkan ayat-ayat qur’an.