Saat itu pukul 6 sore salju turun
di Kota Iznik, Bursa. Sore yang indah, dingin namun romantis. Bukan, bukan
romants karena dengan siapa aku habiskan
sore itu namun romantis karena salju lembut turun serta kondisi jalanan yang
sepi dan tepat nanti malam adalah malam tahun baru 2017. Orang-orang di
sekitarku menyapaku dengan senyuman dan berkata ‘mutlu yilllar’. Itu adalah
ucapan selamat tahun baru semoga bahagia kurang lebih seperti itu.
Sore itu setelah berkeliling
Iznik bersama dengan Usamah, aku memutuskan untuk kembali ke Otogar (terminal)
dan kemudian langsung bertolak ke Sakarya tepat pukul 7 malam. Namun, yang
terjadi tidaklah sesuai rencana karena dolmus (mini bus) yang mengantarku dari
Iznik ke Otogar mengalami keterlambatan padahal perjalanan menuju Otogar adalah
satu jam lebih. Aku sudah sedikit khawatir karena perjalanan yang aku tempuh
dari Bursa ke Sakarya adalah tiga jam dan pukul sebelas malam aku sudah harus
tiba di asrama, bila terlambat aku akan berurusan dengan pimpinan asrama dan
petugas keamanan asrama. I do hate it. Karena tiba di Otogar pukul 7.15 aku tak
punya pilihan maka aku membeli tiket bus yang berangkat jam delapan ke Sakarya.
Aku sudah was-was karena aku pasti tiba di Sakarya pukul sebelas lebih dan
sudah tidak bisa masuk asrama. Akhirnya aku menghubungi salah satu seniorku Teh
Meida yang tinggal di sebuah apartemen bernama Uni Garden dan aku berencana
malam ini menginap di tempatnya. Kebetulan apartemennya dekat dengan kampus.
Pukul 8.25 busku belum tiba juga
di Otogar, ternyata busku mengalami keterlambatan dan akan tiba di Otogar pukul
8.20. tak lama kemudian temanku mengirimkan kabar bahwa servis (kendaraan)
terakhir Uni Garden dari kampus adalah pukul 11.30, bila aku dating lebih dari
jam tersebut aku harus menunggu di durak (tempat pemberhentian bus) sabahatin okul dan menunggu hingga pukul
12.30. Semakin khawatir aku setelah membaca pesan tersebut. Feelingku malam ini aku akan tidur di
masjid pinggir jalan . Allah Rabbim. “berkabar ya kalo sudah sampai”. Pesan
terakhir Teh Mei padaku.
Tak sadar, sebelum mematikan
handphone aku mengecek batraiku tersisa 12%. Alamat nih alat komunikasi
satu-satunya bakal mati. Power bank habis, dan aku tidak tahu apakah di bus ada
tempat ngecas. Hampir sepanjang
perjalanan kembali ke Sakarya aku tertidur karena terlalu lelah setelah
berkeliling Bursa. Sejenak melihat layar HP dan membalas beberapa chat dari
teman-teman yang mengucapkan selamat tahun baru dan harapan-harapan lainnya.
Aku tak peduli sama sekali dengan malam tahun baru entah mengapa. Aku merasa
sama saja seperti malam-malam lainnya. Di Sakarya dan Bursa tak ada kembang api
yang terlihat, bakar ikan atau perayaan semacamnya seperti yang terjadi di Indonesia.
Mungkin karena malam ini salju dan hawa sangat dingin di luar dan orang-orang
lebih memilih untuk menghangatkan diri di dalam rumah.
Sebentar lagi sampai di Otogar
Sakarya. Ternyata batrai HP aku tersisa 5% dan aku menuliskan pesan pada Teh
Mei seperti ini “aku hampir sampai Teh, nanti langsung menuju sabahatin okul
durak kan ya? see ya! Batrai HP aku lowbat”. Setelah sampai aku langsung menaiki
servis VIB dari Otogar namun sebelumnya aku bertanya apakah servis ini melewati
sabahatin durak? Atau bisa sampai kampus? Atau sampai uni garden? Dan supir
hanya menjawab “tidak”. Kemudian pak supir menyuruhku menaiki servis VIB
lainnya untuk menuju sahabatin durak karena sudah tidak ada yang menuju kampus.
Sampailah aku di sabahatin okul
durak dengan salah satu servis VIB. Aku sedikit ragu, seharusnya aku berhenti
di durak yang tepat berada di seberang sabahatin okul (nama sebuah sekolah
dasar) namun aku tak melihat sekolah itu. Aku bingung apakah aku yang salah
atau pak supirnya. Melihat jam ditanganku sudah pukul 12.20. “Sebentar lagi servis
uni garden datang” ucapku dalam hati.
Jalanan saat itu sudah sepi.
Sangat sedikit pejalan kaki berlalu lalang. Malam semakin dingin. Mobil, taksi
dolmus satu persatu lewat. Namun aku belum melihat servis uni garden. Pukul
12.36 malam servis tak datang juga. “Ah mungkin telat seperti biasa. Baiklah
aku tunggu hingga 12.50” ucapku dalam hati. Beberapa taksi berhenti di depanku,
mungkin mereka pikir aku akan menaiki taksi untuk pulang. Pukul 12.50 lebih,
tak ada servis uni garden yang kulihat. Aku mulai khawatir. Menghubungi Teh Mei
pun aku tak bisa. Mencari tempat yang bisa aku tumpangi untuk ngecas pun tak
ada. Toko-toko sudah banyak yang tutup dan hanya ada supir taksi dan seorang
pria di dekatku. Aku memberanikan diri untuk bertanya pada pria itu walau dengan
bahasa turki aku yang sangat buruk.
“Servis uni garden sudah lewat? Saya sudah
menunggu setengah jam tapi tak ada”.
“Uni garden? Di mana itu? Kamu
mau balik ke kampus?” tanyanya.
“ Iya, tapi saya menunggu servis
terakhir ke uni garden apartemen dekat kampus yang datang pukul 12.30.”
“ Jam segini kendaraan ke kampus
sudah tidak ada”.
Aku langsung terdiam. Bingung
harus melakukan apalagi dan dinginnya malam semakin menusuk.
Akhirnya pria itu menanyakan pada
salah salah satu supir taksi tentang servis uni garden dan si supir pun tidak
tahu. Kemudian kami diarahkan untuk menuju Orta Garaj di sana banyak kendaraan
dan mungkin masih ada yang menuju kampus katanya.
Berjalanlah kami berdua tanpa
berbicara. Kemudian aku memulai untuk berbicara. Aku berkata padanya bahwa aku
baru dua bulan di Sakarya aku dari Indonesia dan hari ini baru balik dari Bursa
namun karena bus terlambat jadi aku sampai tengah malam. Kemudian dia berkata
bahwa tidak aman perempuan pulang malam, terlalu sepi di sini. Dan kemudian dia
memperkenalkan dirinya. Yavuz namanya, usianya du puluh tahun dia baru balik dari kerja sebagai
Garson ‘pelayan’ kafe.
“ Kalo tidak ada kendaraan ke
kampus, sekarang kamu mau ke mana?”
tanyanya.
Tak sempat berpikir panjang aku
langsung menjawab bahwa aku mungkin akan mencari masjid dan malam ini tidur di
sana. Namun, Yavuz melarangku dan sekarang ia bersedia mencarikan tumpangan
untukku hingga tiba di Uni Garden. Sepi, tak terasa bahwa malam itu adalah
malam pergantian tahun. Hampir tidak ada orang berlalu-lalang hanya beberapa
kendaraan saja. Kemudian Yavuz mengajakku ke kantor polisi terdekat hanya untuk
mencari tempat untuk mengecas HPku.
Nihil. Kantor polisi macam apa itu tidak ada stopkontak di sekitarnya. Akhirnya kami terus berjalan mencari
toko-toko yang masih buka hanya untuk mengecas HP ku. Sampailah kami di sebuah toko manisan yang
akan tutup namun Yavuz mengetuk pintunya dan meminta izin untuk masuk. Dapatlah
aku mengecas HP aku walaupun hanya sampai 5%. Setidaknya aku dapat menghubungi
Teh Meida dan Bang Aris untuk menjelaskan kepada Yavuz di mana alamat Uni Garden
itu. Akhirnya, Yavuz dan Abi penjual manisan tersebut menyarankanku untuk
menggunakan taksi yang biayanya lumayan mahal dikarena kondisi urgent. Sebelumnya mereka meminta izin
kepada Teh Meida dan Bang Aris bila aku akan menaiki taksi hingga menuju Uni Garden.
Setelah si Abi berdiskusi dengan salah satu supir taksi tentang budget, dapatlah aku menaiki taksi
dengan membayar 20 tl, namun sebenarnya kala itu uang cash aku di dompet hanya 10tl. Apes. Apes betul malam itu. Sampai di
Uni garden, supir taksi langsung bertanya padaku
“ Kamu ada uang berapa, Nak?”
ucapnya. Aku langsung berkata bahwa aku sebenarnya hanya memiliki uang 10 tl
sekarang.
“ Sebentar pak, saya panggil
temen saya untuk tambah 10 tl lagi”.
“ Tapi ini lebih jauh dari yang
saya kira, 30 tl seharusnya ini.”
Aku terdiam beberapa saat dengan
mesin mobil yang masih menyala.
“ Tapi tadi kita sepakat 20 tl,
Pak.” Ucapnya lebih keras.
“ Iya tapi sekarang sudah tengah
malam dan ini lebih jauh ternyata.” Oke karena aku merasa bahwa supir ini
adalah supir yang sabar dan bersedia mengantarku padahal seharusnya malam ini
dia balik ke rumahnya, maka jadilah aku berikan ia uang 30tl sesuai
permintaannya.
Sampai di Uni Garden aku banyak
berfikir tentangapa yang telah terjadi hari ini. Semua kejadian yang aku alami
di malam pergantian tahun ini mengandung banyak pelajaran. Bahwa alat
komunikasi adalah hal terpenting dan siapkan power bank ketika perjalanan namun ingat power bank yang masih penuh ya. Dan bahwa mengenali tempat-tempat
baru adalah wajib terlebih mengetahui arahnya dan bagaimana untuk mencapai
tempat tersebut. Aku banyak belajar di tempat ini. Mungkin karena aku baru dua
bulan di sini dan belum mengelilingi setengah dari Sakarya atau karena aku
jarang mencari tahu tentang Sakarya maka aku menjadi sedikit bingung. Namun,di
satu sisi aku bersyukur karena aku di Sakarya karena ketika sudah pukul dua
dini hari tak ada pria-pria nakal atau gangster yang menggangguku. Aku tak
membayangkan bila kala itu aku berada di Istanbul, di pusat keramaian. Begitulah
kisahku untuk pertama kalinya dibantu oleh seorang pria Turki dan hingga
sekarang kami masih berkomunikasi selayaknya teman. HEHEHEHE….
No comments:
Post a Comment