Friday, August 31, 2012

Duniaku Dunianya (sebuah cerita tentang saudara kembar)

Kami terlahir kembar. Tidak identik. Orang-orang selalu mengatakan kami terbalik.Kembaranku laki-laki, berkulit putih, karakternya pendiam dan penurut. Ia lebih suka menggambar di teras rumah. Sedang aku yang cewek lebih "macho" hingga pembantu lebih senang menjaga dia daripada aku yang aktif membuat keonaran.Akibatnya jika ortu berpergian akulah yang kerap diajak. Mereka tidak tega meninggalkanku hanya dengan pembantu. aku sih senang-senang aja.

Dibanding-bandingkan? itusih resiko menjadi anak kembar. sedikit beruntung dia bukan perempuan, jadi mustahil jika kami dibandingkan dalam hal kecantikan, kelembutan atau hal-hal wanita lainnya. Wah, bisa kalah telah aku! Tapi ada satu hal yang cukup menyakitkan hati, ia jauh lebih cerdas. Sering lo, aku memendam kecewa karena tidak mendapat ranking tiga besar. Lebih menjengkelkan, ia hobinya nonton film, dengan mulus mendapat predikat juara kelas. Berkali aku dibikin tercengang. Sempat aku berpikir, apakah Allah tidak adil? atau lebih sayang padanya?
Kini ia pun kuliah di universitas favorit di Jawa Timur tanpa "perjuangan" berarti. Sementara aku, hanya belajar habis-habisan dan ikut bimbingan untuk diterima di universitas negeri "biasa-biasa" saja. Hingga kuanggap akulah yang sebenarnya lebih layak lolos PTN favorit itu. Kelihantannya jahat ya?
Belakangan ku ketahui, cara belajarnya memang beda denganku. Dulu, ketika menerima pelajaran di kelas, ia serius memperhatikan dan selalu menyelesaikan masalah yang tidak ia mengerti saat itu juga. Kegemarannya menonoton film barat ternyata juga menjadi sarana belajar bahasa inggris. Terbukti dengan nilai TOEFL menembus angka 550. Padahal ia tidak ikut kursus TOEFL sepertiku. Bikin keki pokoknya.
Akhirnya aku mencoba mengikuti kiat-kiatnya.Ternyata gagal!! Aku harus tetap belajar keras, juga ikut kursus bahasa inggris.
Mungkin karena sudah jenuh bersirik-ria, lambat laun aku mulai menerima keberadaan dan kemampuanku 'Allah menciptakan makhluk dengan potensinya masing-masing'. Dengan pemahaman itu, hidupku jadi lebih ringan dan mudah. Pikiran tidak melulu terpaku oleh keberhasilan-keberhasilan yang diraihnya.
Aku pun mulai menggali potensi tersembunyi dalam diri. Dengan mengamati lingkungan sekitar, sedikit demi sedikit mulai terasah kepekaan pada segala sesuatu yang kita lihat dan rasakan. Hal ini menumbuhkan rasa syukur yang tiada habisnya. Betapa aku masih diberi anugerah berlimpah.
Seiring berputar roda waktu, aku menemukan banyak kemudahan dalam menjalani hidup. Aku sudah terbiasa mencari penghasilan sambil kuliah untuk sekedar membeli buku dengan memberi les privat, dan aku berhasil menyelesaikan kuliah dengan cepat.
Kini kusadari tentang hobi menulis yang kian berkembang. Setelah sebelumnya pernah menjuarai lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Cara pandangku tentang keberhasilan pun berubah. Tidak sesempit menjadi bintang kelas atau mendapat beasiswa. Tapi dengan mengoptimalisasi potensi serta selalu berpikir positif. Aku memiliki dunia, ia pun memiliki dunianya. Dan setiap makhluk memiliki dunianya masing-masing. Semua itu anugerah yang tak terkira, untuk kita syukuri :)

Annida/15 november 

No comments:

Post a Comment