Aduh! Terlambat. Aku membatin. Halaman
sekolah sangat ramai dan sesak dipenuhi para senior yang berlalu-lalang. Aku
berlari tergopoh-gopoh dengan sembarang menabrak tubuh para senoir.
“
Maaf kak, gak sengaja” Ucapku polos.
“
Pelan-pelan adik, lihat jalan dong!” Balasnya ketus. Aku terus berlari melewati
pintu masuk sekolah baruku. Mataku terpelongo seketika melihat lapangan basket
telah penuh dengan barisan para calon teman-teman baruku.
Seketika
tanganku ditarik oleh seorang senior dengan cepat, dan ia berkata,
“
Dik, masuk barisan, nanti kamu dimarah guru, cepat!”. Sontak aku berlari kecil
dan masuk ke salah satu barisan. Aku tidak tahu apa yang telah diinformasikan
oleh guru-guru itu, karena sedari tadi aku terlambat. Aku berdiri di barisan
paling belakang, orang-orang di kanan dan kiriku hanya melihatku dengan diam
seribu bahasa. Sejujurnya aku benci diperlakukan seperti itu, tapi aku tak
peduli toh Aku tak mengenal mereka.
“Hai,
ini barisnya udah lama ya?” Tanyaku pada salah seorang siswa baru yang berada
didepanku.
“Gak
kok, baru sebentar, telat ya?” Tanyanya balik padaku.
“Mmm...
iya nih, telat bangun, hehe” Aku sambil tertawa kecil.
“
Nama kamu siapa? alumni Sekolah Dasar mana?” Celotehku banyak.
“
Aku Sefia, dari SDN 5, kamu?”
“
Aku Alicia, dari SDN 44. Oh SD 5 deket sini tau gak?”
“
Bukan, SDN 5 Lembuak, Narmada tau?” tanyanya padaku.
“
Gak tau, hehe” Sejujurnya aku gak tau lembuak itu di mana, aku belum pernah
mengelilingi wilayah Narmada.
Disitulah
Aku memulainya, memulai untuk mengenal teman baru. Kami semua akan menjadi
penghuni di SMPN 2 MATARAM ini. Saat percakapanku dengan Sefia tadi, Aku cukup
kaget dengan letak sekolahnya yang jauh, Narmada berjarak kurang lebih 15 kilo
dari SMPN 2 MATARAM. Sekolahku ini memang terletak di tengah kota, dan dekat
dengan pusat pemerintahan hanya berjarak 500 meter.
Hari
ini adalah awal Aku memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama setelah lulus
dari bangku Sekolah Dasar. Aku adalah alumni SDN 44 AMPENAN. Awal aku mendaftar
di SMP ini adalah dengan niat coba-coba, sebenarnya Aku hanya ingin masuk ke
pondok pesantren atau semacam Boarding School.
Sayang, Ibuku tak menyetujuinya. Tapi dibalik itu Ayah sangat mendukung
kok!.
“
Heh! Alicia! Hei!?” Gretak Sefia padaku. Aku pun kaget seketika. Ternyata
sedari tadi Aku melamun. Oh Tuhan!.
“
Kita sudah disuruh masuk ke gugus masing-masing tuh”. Ucap Sefia padaku.
“
Kita di gugus G, Al”. sejujurnya Aku tak tau gugus G letaknya di mana.
“
Gugus G itu tepat di atas kopsis, yuk naik”. Ajak Sefia padaku.
Suasana
di Ruang Gugus G terasa sunyi,karena diantara kami belum saling mengenal, hanya
mengenal teman dari SD yang sama. Seperti Aku dengan Ifra. Teman sebangku ku
saat ini, dia juga teman SD ku.
“
If, gak ada yang Aku kenal nih, kecuali anak yang berkepang satu itu”.Bisikku
pada Ifra.
“
Emang siapa Dia?” Tanya Ifra dengan nada bingung.
“
Sefia namanya, anak Narmada loh, jauh banget kan rumahnya” Dengan antusias Aku
menceritakan.
“
Kok bisa nimbrung ke sekolah ini ya?” tanya Ifra dengan tawa kecil. Namaya
sekolah terfavorit di Mataram ya pastinya diminati banyak masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Bel berbunyi, tanda martikulasi akan dimulai.
“
Morning class, how are you?”.Sapa salah seorang guru yang memasuki gugus kami.
“
Morning, fine”. Jawab kami begitu
singkat. Ternyata guru martikulasi
kami adalah salah seorang mahasiswi di Universitas Mataram yang pintar
berbahasa Inggris. Ia akan mengajarkan martikulasi
selama 4 hari.
Empat
hari yang kami lalui sungguh mengasyikkan, mulai dari situlah kami saling
menganal satu sama lain. Tetapi, ada salah seorang murid laki-laki yang
membuatku kesal dan badmood. Ternyata
namanya adalah Wira, anaknya sangat usil. Dia duduk berdua dengan Dimas di
bangku paling belakang dan satu deret denganku. Sedangkan Aku dan Ifra duduk di
bangku paling depan. Aku heran, karena Aku selalu dilihat oleh Wira dan
ditertawakan tanpa sebab. Menyebalkan!. Jangan-jangan Dia gila.
Martikulasi telah berlalu dengan
keakraban yang mulai muncul. Kami juga saling bertukar cerita. Selain itu juga
banyak peristiwa lucu antara kami. Saat hari kedua martikulasi, kami semua kaget karena tiba-tiba ada tambahan murid
yang masuk kelas kami. Namanya Feni, berambut panjang, manis sih. Konyolnya,
Feni itu tidak datang saat martikulasi pertama
karena Ia ketiduran. Setelah tau penyebab itu kami semua tertawa, dan Feni
tertawa meringis.
Seminggu
setelah itu dilanjutkan dengan Masa Orientasi Siswa atau MOS. Pada saat inilah
pikiran buruk mulai membayangiku. Seperti MOS kebanyakan, para junior akan
digojlok habis-habisan oleh para seniornya. Tapi aku selalu berdoa semoga MOS
ku nanti jauh dari siksaan.
Sehari
sebelum MOS, para senior masuk ke tiap-tiap gugus untuk memberikan informasi
kelengkapan MOS. Aku begitu terkejut! Aku membayangkan saat kita memakai
kelengkapan itu, kita semua seperti badut pemulung. Sesampaiku di rumah, Aku
buru-buru mempersiapkan segala kelengkapan untuk MOS esok hari. Syukurnya
kakakku bersedia membantu.
MOS
berlangsung selama tiga hari. Dari awal perkenalan diri hingga akhir MOS kami
lewati dalam suka dan duka bersama para senior. Ternyata seniornya kocak-kocak.
“
Ayo Jo, tembak Niar”. Sorak para senior di dalam gugus G.
“
Sebentar, ambil dulu bunga di Lapangan”. Banyol kak Bejo, satu kelas pun
tertawa terbahak-bahak.
“
Dek, tunggu ya, Mbak Niar mau di shoot”.
Ucap kak Wawan.
“ Kamu mau jadi
pacarku Niar?” tawa kak Bejo.
“
Iya Jo, tapi main-main ya”. Mbak Niar pun tertawa.
Para
senior tiba-tiba menyuruh temanku bernama Nira untuk menembak Bryan. Kami tak
tahan untuk tertawa. Hari ini adalah hari yang memalukan bagi Nira.
Memasuki
kelas 7, kulewati hari-hariku bersama teman-teman. Banyak sifat dalam diriku
yang mulai berubah. Terkadang Aku merasa diriku terlalu egois, tempramental,
cepat merasa kecewa dan semua berhubungan dengan perasaan.
Tak
terasa ujian semester genap telah usai, rapor kelas tujuh ku akan segera
dibagikan. Berapapun hasilnya, aku tetap bersyukur.
“
Alicia, kamu peringkat berapa?” Tanya teman-temanku lewat jejaring sosial
“
Kurang memuaskan”. Balasku singkat. Ternyata rapor semester ganjilku lebih
bagus dari semester genapku. Kecewa rasanya. Tapi Ayah selalu mendukungku. Ia
berkata bahwa Aku bisa jadi yang terbaik dari yang terbaik.
“
Tidak apa-apa, inilah hasilmu, Ayah yakin kamu bisa berikan yang terbaik”.
“
Makasi Ayah, Alicia sayang Ayah”. Aku menitikkan air mata dalam pelukan Ayahku.
Sebulan
tak terasa Aku duduk dibangku kelas delapan. Aku selalu berusaha agar
hari-hariku berjalan lebih baik dari sebelumnya. Semenjak kelas delapan, Aku
lebih sering belajar, waktu belajarku lebih padat. Tapi aku tetap merasa happy.
Suatu
hari Aku mulai merasa tertarik dengan lawan jenisku. Perasaan itu Aku pendam
terus. Dan pada saat itu juga Aku merasa ada keanehan dalam diriku, Aku
mengagumi guru Bahasa Jepangku. Salah gak sih?. Yah, itulah perasaan teenager. Aku pikir wajar jika hanya
mengagumi.Tiap sensei Arya mengajar di kelasku, Aku sangat antusias
sekali!. Percaya atau tidak, Aku selalu mengecek profil jejaring sosialnya.
“
sensei Arya ganteng banget ya”. Ucapku pada Anida.
“Banget,
apalagi sensei Arya modis banget penampilannya. Aku
ngefans”.
Mendengar ucapan Anida, wajahku kusut
seketika. Ternyata Anida juga mengagumi Sensei
Arya.
Ah
sudhlah! Lupakan saja perasaan ini. aku tahu ini adalah kegilaan semata. Masa
remaja adalah dimana masa pubertas dimulai, perubahan pada anak remaja. Mulai
dari perubahan emosional hingga psikologisnya. Para remaja selalu tidak mau
disalahkan,mereka selalu merasa paling benar. Pertanyaan terbesarku saat ini
adalah,”Apakah Aku gila menyukai orang dewasa?”
Lewat
sudah penatku, seminggu lagi ujian semester genap dimulai. Tak terasa Aku akan
duduk di bangku kelas sembilan. Kebanyakan orang berkata bahwa kelas sembilan
adalah saat dimana puncak kesibukan dalam dunia pendidikan Menengah Pertama.
Sudah terbayang semua itu dalam pikiranku.
“Alicia,
apa persiapan kamu untuk kelas sembilan?”. Tanya Vian padaku.
“ Doa, usaha dan tawakal”. Jawabku singkat.
Memang benar aku akan terus berdoa dan berusaha untuk kesuksesanku di kelas
sembilan nanti. Vian pun mengedipkan mata padaku, Ia juga berharap semoga di
kelas sembilan nanti persahabatan 26 Swaggies akan semakin akrab. Oya, Aku lupa
bercerita tentang apa dan siapa 26 Swaggies itu. Swaggies adalah julukan
kelasku yang berinisial G. Dan 26 adalah jumlah muridnya. 26 Swaggies adalah 26
anak yang otaknya penuh dengan berbagai macam imajinasi.
“Alicia!Halo?”
Suara Vian dan Ogek memecah lamunanku.
“
Ngelamun ya?” Tanya Ogek.
“
Ngg..gak kok, apaan sih?”. Akhir-akhir si Ogek mulai bersahabat denganku,
padahal awalnya Ogek hanya bersahabat dengan Sefia.
Persahabatan
kami berjalan sangat baik. Nano-nano rasanya, karena kami (Aku, Sefia dan Ogek)
memiliki kemampuan dan kebiasaan yang berbeda-beda tapi ternyata dapat
disatukan.
Saat
pembagian rapor pun tiba. Sefia dan Ogek mendapat peringkat yang sama.
“
Sefia, Ogek, selamat ya!” Ucap teman-temanku.
“Hey!
Selamat kawan, ciee pinter banget sih?” Canda ku pada mereka. Akupun berjabat
tangan dengan mereka. Dan syukurlah nilai raporku meningkat, Aku masuk lima
besar. Terimakasih YaAllah.
Ribut.
Sangat ribut!. Inilah suasana kelas sembilan G. Ada ataupun tak ada guru, kelas
ini selalu ribut. Kelas ku juga terkenal kelas paling nakal, katanya sih kelas
G udah terkena kutukan. Pasti ada saja muridnya yg sangat nakal. Eros, salah
satu sahabatku yang terkenal nakal dan usilnya. Ia tiba-tiba berteriak di depan
kelas.
“
Wee... guru PKN gak ada1 Horeee!” Senangnya Ia bukan main. Seisi kelas pun
gaduh, semua bergembira termasuk Aku. Karena jika guru PKN absen, berarti
ulangan ditunda.
“
Eros bohong!” Teriak Feni kecewa.
“
Bu guru ada di kelas sebelah tauk.” Gumam Feni.
“Haha
dibohongin aja mau”. Ejek Eros pada Feni. Teman sekelas menyorakinya.
Bagaimanapun
juga, Dialah Eros sahabatku yang bisa dibilang unik karena tingkah lakunya. Dia
memiliki hobi meminjam pulpen teman, dan akan dikembalikan saat tintanya habis.
Memang dasar anak kamseupay.
“
Empat serangkai!sini yuk.” Ajak Titak pada kami.
“
Iya Tak, bentar ya.” Aku sekarang memiliki sebuah geng yang bernama empat
serangkai terdiri dari Aku, Sefia, Ogek dan Dini. Dan di 26 Swaggies juga ada
GCLaF, terdiri dari Gina, Cila,Lani dan Feni. Mereka adalah geng yang unik,
gila dan kocak. Gado-gado deh pokoknya.
Saat
inilah, saat dimana aku merasa terjadi perubahan lagi dalam diriku. Aku merasa
semua lebih berat untuk dijalani, butuh kerja keras. Sekarang Aku punya
tanggung jawab yang besar. Umurku menginjak empat belas tahun, dan Aku harus
lebih dewasa. Itulah harapanku.
Aku
mulai mengerti diri sendiri, Aku saat ini lebih diam walaupun terkadang masih
sering ngebanyol. Aku merasa lebih mandiri sekarang.
“
Alicia, ke kantin yuk.” Ajak Cila padaku.
“
Duluan aja Cil, nanti Aku nyusul. Masih kerjain matematika nih.” Balasku dengan
senyum. Saat itu guru matematika memang tak hadir, dan kami hanya diberikan
tugas yang harus dikumpulkan hari itu juga. Hanya empat serangkai saja yang
mengerjakan.
Gengku
ini memang dikenal geng paling rajin, tapi menurutku biasa saja. Rasanya senang
hati ini saat bisa berkumpul , tertawa, dan bercanda bersama teman-teman 26
Swaggies. Sefia, bagiku dia adalah orang yang benar-benar ku anggap sahabat.
Dari awal perkenalanku dengannya saat MOS, saat pramuka, dan hingga saat ini
Sefia selalu bersamaku. Pernah memang kami bermusuhan, hanya karena masalah
sepele. Tapi tak sampai sehari kami pun berdamai.
Rasa
cinta, itulah yang membuat aku dan Sefia berdamai, Aku mencintainya sebagai
saudaraku.Dan saat ini juga Aku merasakan cinta. Perasaan yang benar-benar
mendewasakan bagiku. Banyak memang orang yang ku kagumi sejak kelas delapan,
tapi saat ini Aku sepertiny jatuh cinta. Wajarlah karena Aku anak remaja. Aku
selalu melimpahkan semua isi hatiku kepada Ibuku. Aku jujur padanya atas apa
yang telah terjadi padaku. Karena bagiku, Ibu adalah penolongku saat hati ini
ragu.
“Bu,
Ibu pernah remaja kan?” Tanyaku dengan pelan. Aku menceritakan semuanya pada
Ibu saat itu.
“
Ibu pernah jatuh cinta gak?” Tanyaku terbata-bata.
“
Ibu sama seperti kamu, Ibu merasakan saat remaja dan adanya cinta.” Mulailah
Aku diceritaka oleh ibu tentang masa remajanya, dan saat Aku menceritakan pada
Ibu tentang seseorang yang menyukaiku, Ibu diam dan tersenyum.
“
Kamu gak dilarang merasakan cinta, tapi alangkah baiknya kamu dekat saja
dengannya, jangan sampai terjerumus.” Ucap Ibu.
“
Tapi Bu, kalau sama-sama suka gimana?” Tanyaku ragu.
“Jalanin
saja dulu , anakku.”
Nasihat
Ibu tadi telah membuat hatiku lebih tenang. Aku senang kerana Ibu mengerti
tentang perasaanku
“Aku
sayang Ibu.” Ucapku dalam peluknya.
Tak
terasa tinggal menghitung bulan, Aku akan meninggalkan sekolah ini. Aku akan
melaksanakan Ujian Nasional dan lanjut ke bangku SMA. Begitu cepat rasanya.
Tiba-tiba Aku rindu dengan segalanya. Segala peristiwa sejak awal Aku berdiri
di sini, hingga saat ini.
Aku berharap, semoga persahabatan ku dengan
teman-temanku tetap abadi. Aku dan ‘Dia’ tetap dalam satu hati. Takkan
kulupakan suka dan duka ku dengan mereka dan dengannya. Kalian lah semangat
hidupku, kawan.
Catatan :
Sensei :
sebutan untuk guru dalam bahasa jepang.
Martikulasi : pembelajaran bahasa
inggris kepada murid baru.
How
are you?: bagaimana kabarmu (bahasa inggris).
Morning
class: selamat pagi
kelas (bahasa inggris).
Kamseupay : kampungan sekali udik payah.
Shoot : ditembak
(menyatakan perasaan).
No comments:
Post a Comment