Saturday, December 8, 2012

Aku dan Masa RemajaKu

Aduh! Terlambat. Aku membatin. Halaman sekolah sangat ramai dan sesak dipenuhi para senior yang berlalu-lalang. Aku berlari tergopoh-gopoh dengan sembarang menabrak tubuh para senoir.
            “ Maaf kak, gak sengaja” Ucapku polos.
            “ Pelan-pelan adik, lihat jalan dong!” Balasnya ketus. Aku terus berlari melewati pintu masuk sekolah baruku. Mataku terpelongo seketika melihat lapangan basket telah penuh dengan barisan para calon teman-teman baruku.
            Seketika tanganku ditarik oleh seorang senior dengan cepat, dan ia berkata,
            “ Dik, masuk barisan, nanti kamu dimarah guru, cepat!”. Sontak aku berlari kecil dan masuk ke salah satu barisan. Aku tidak tahu apa yang telah diinformasikan oleh guru-guru itu, karena sedari tadi aku terlambat. Aku berdiri di barisan paling belakang, orang-orang di kanan dan kiriku hanya melihatku dengan diam seribu bahasa. Sejujurnya aku benci diperlakukan seperti itu, tapi aku tak peduli toh Aku tak mengenal mereka.
            “Hai, ini barisnya udah lama ya?” Tanyaku pada salah seorang siswa baru yang berada didepanku.
            “Gak kok, baru sebentar, telat ya?” Tanyanya balik padaku.
            “Mmm... iya nih, telat bangun, hehe” Aku sambil tertawa kecil.
            “ Nama kamu siapa? alumni Sekolah Dasar mana?” Celotehku banyak.
            “ Aku Sefia, dari SDN 5, kamu?”
            “ Aku Alicia, dari SDN 44. Oh SD 5 deket sini tau gak?”
            “ Bukan, SDN 5 Lembuak, Narmada tau?” tanyanya padaku.
            “ Gak tau, hehe” Sejujurnya aku gak tau lembuak itu di mana, aku belum pernah mengelilingi wilayah Narmada.
            Disitulah Aku memulainya, memulai untuk mengenal teman baru. Kami semua akan menjadi penghuni di SMPN 2 MATARAM ini. Saat percakapanku dengan Sefia tadi, Aku cukup kaget dengan letak sekolahnya yang jauh, Narmada berjarak kurang lebih 15 kilo dari SMPN 2 MATARAM. Sekolahku ini memang terletak di tengah kota, dan dekat dengan pusat pemerintahan hanya berjarak 500 meter.

            Hari ini adalah awal Aku memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama setelah lulus dari bangku Sekolah Dasar. Aku adalah alumni SDN 44 AMPENAN. Awal aku mendaftar di SMP ini adalah dengan niat coba-coba, sebenarnya Aku hanya ingin masuk ke pondok pesantren atau semacam Boarding School. Sayang, Ibuku tak menyetujuinya. Tapi dibalik itu Ayah sangat mendukung kok!.
            “ Heh! Alicia! Hei!?” Gretak Sefia padaku. Aku pun kaget seketika. Ternyata sedari tadi Aku melamun. Oh Tuhan!.
            “ Kita sudah disuruh masuk ke gugus masing-masing tuh”. Ucap Sefia padaku.
            “ Kita di gugus G, Al”. sejujurnya Aku tak tau gugus G letaknya di mana.
            “ Gugus G itu tepat di atas kopsis, yuk naik”. Ajak Sefia padaku.
            Suasana di Ruang Gugus G terasa sunyi,karena diantara kami belum saling mengenal, hanya mengenal teman dari SD yang sama. Seperti Aku dengan Ifra. Teman sebangku ku saat ini, dia juga teman SD ku.
            “ If, gak ada yang Aku kenal nih, kecuali anak yang berkepang satu itu”.Bisikku pada Ifra.
            “ Emang siapa Dia?” Tanya Ifra dengan nada bingung.
            “ Sefia namanya, anak Narmada loh, jauh banget kan rumahnya” Dengan antusias Aku menceritakan.
            “ Kok bisa nimbrung ke sekolah ini ya?” tanya Ifra dengan tawa kecil. Namaya sekolah terfavorit di Mataram ya pastinya diminati banyak masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Bel berbunyi, tanda martikulasi akan dimulai.
            “ Morning class, how are you?”.Sapa salah seorang guru yang memasuki gugus kami.
            “ Morning, fine”. Jawab kami begitu singkat. Ternyata guru martikulasi kami adalah salah seorang mahasiswi di Universitas Mataram yang pintar berbahasa Inggris. Ia akan mengajarkan martikulasi selama 4 hari.
            Empat hari yang kami lalui sungguh mengasyikkan, mulai dari situlah kami saling menganal satu sama lain. Tetapi, ada salah seorang murid laki-laki yang membuatku kesal dan badmood. Ternyata namanya adalah Wira, anaknya sangat usil. Dia duduk berdua dengan Dimas di bangku paling belakang dan satu deret denganku. Sedangkan Aku dan Ifra duduk di bangku paling depan. Aku heran, karena Aku selalu dilihat oleh Wira dan ditertawakan tanpa sebab. Menyebalkan!. Jangan-jangan Dia gila.
            Martikulasi telah berlalu dengan keakraban yang mulai muncul. Kami juga saling bertukar cerita. Selain itu juga banyak peristiwa lucu antara kami. Saat hari kedua martikulasi, kami semua kaget karena tiba-tiba ada tambahan murid yang masuk kelas kami. Namanya Feni, berambut panjang, manis sih. Konyolnya, Feni itu tidak datang saat martikulasi pertama karena Ia ketiduran. Setelah tau penyebab itu kami semua tertawa, dan Feni tertawa meringis.
            Seminggu setelah itu dilanjutkan dengan Masa Orientasi Siswa atau MOS. Pada saat inilah pikiran buruk mulai membayangiku. Seperti MOS kebanyakan, para junior akan digojlok habis-habisan oleh para seniornya. Tapi aku selalu berdoa semoga MOS ku nanti jauh dari siksaan.
            Sehari sebelum MOS, para senior masuk ke tiap-tiap gugus untuk memberikan informasi kelengkapan MOS. Aku begitu terkejut! Aku membayangkan saat kita memakai kelengkapan itu, kita semua seperti badut pemulung. Sesampaiku di rumah, Aku buru-buru mempersiapkan segala kelengkapan untuk MOS esok hari. Syukurnya kakakku bersedia membantu.
            MOS berlangsung selama tiga hari. Dari awal perkenalan diri hingga akhir MOS kami lewati dalam suka dan duka bersama para senior. Ternyata seniornya kocak-kocak.
            “ Ayo Jo, tembak Niar”. Sorak para senior di dalam gugus G.
            “ Sebentar, ambil dulu bunga di Lapangan”. Banyol kak Bejo, satu kelas pun tertawa terbahak-bahak.
            “ Dek, tunggu ya, Mbak Niar mau di shoot”. Ucap kak Wawan.
            “ Kamu mau jadi pacarku Niar?” tawa kak Bejo.
            “ Iya Jo, tapi main-main ya”. Mbak Niar pun tertawa.
            Para senior tiba-tiba menyuruh temanku bernama Nira untuk menembak Bryan. Kami tak tahan untuk tertawa. Hari ini adalah hari yang memalukan bagi Nira.
            Memasuki kelas 7, kulewati hari-hariku bersama teman-teman. Banyak sifat dalam diriku yang mulai berubah. Terkadang Aku merasa diriku terlalu egois, tempramental, cepat merasa kecewa dan semua berhubungan dengan perasaan.
            Tak terasa ujian semester genap telah usai, rapor kelas tujuh ku akan segera dibagikan. Berapapun hasilnya, aku tetap bersyukur.
            “ Alicia, kamu peringkat berapa?” Tanya teman-temanku lewat jejaring sosial
            “ Kurang memuaskan”. Balasku singkat. Ternyata rapor semester ganjilku lebih bagus dari semester genapku. Kecewa rasanya. Tapi Ayah selalu mendukungku. Ia berkata bahwa Aku bisa jadi yang terbaik dari yang terbaik.
            “ Tidak apa-apa, inilah hasilmu, Ayah yakin kamu bisa berikan yang terbaik”.
            “ Makasi Ayah, Alicia sayang Ayah”. Aku menitikkan air mata dalam pelukan Ayahku.
            Sebulan tak terasa Aku duduk dibangku kelas delapan. Aku selalu berusaha agar hari-hariku berjalan lebih baik dari sebelumnya. Semenjak kelas delapan, Aku lebih sering belajar, waktu belajarku lebih padat. Tapi aku tetap merasa happy.
            Suatu hari Aku mulai merasa tertarik dengan lawan jenisku. Perasaan itu Aku pendam terus. Dan pada saat itu juga Aku merasa ada keanehan dalam diriku, Aku mengagumi guru Bahasa Jepangku. Salah gak sih?. Yah, itulah perasaan teenager. Aku pikir wajar jika hanya mengagumi.Tiap sensei  Arya mengajar di kelasku, Aku sangat antusias sekali!. Percaya atau tidak, Aku selalu mengecek profil jejaring sosialnya.
            “ sensei Arya ganteng banget ya”. Ucapku pada Anida.
            “Banget, apalagi sensei Arya modis banget penampilannya. Aku ngefans”.
Mendengar ucapan Anida, wajahku kusut seketika. Ternyata Anida juga mengagumi Sensei Arya.
            Ah sudhlah! Lupakan saja perasaan ini. aku tahu ini adalah kegilaan semata. Masa remaja adalah dimana masa pubertas dimulai, perubahan pada anak remaja. Mulai dari perubahan emosional hingga psikologisnya. Para remaja selalu tidak mau disalahkan,mereka selalu merasa paling benar. Pertanyaan terbesarku saat ini adalah,”Apakah Aku gila menyukai orang dewasa?”
            Lewat sudah penatku, seminggu lagi ujian semester genap dimulai. Tak terasa Aku akan duduk di bangku kelas sembilan. Kebanyakan orang berkata bahwa kelas sembilan adalah saat dimana puncak kesibukan dalam dunia pendidikan Menengah Pertama. Sudah terbayang semua itu dalam pikiranku.
            “Alicia, apa persiapan kamu untuk kelas sembilan?”. Tanya Vian padaku.
            “  Doa, usaha dan tawakal”. Jawabku singkat. Memang benar aku akan terus berdoa dan berusaha untuk kesuksesanku di kelas sembilan nanti. Vian pun mengedipkan mata padaku, Ia juga berharap semoga di kelas sembilan nanti persahabatan 26 Swaggies akan semakin akrab. Oya, Aku lupa bercerita tentang apa dan siapa 26 Swaggies itu. Swaggies adalah julukan kelasku yang berinisial G. Dan 26 adalah jumlah muridnya. 26 Swaggies adalah 26 anak yang otaknya penuh dengan berbagai macam imajinasi.
            “Alicia!Halo?” Suara Vian dan Ogek memecah lamunanku.
            “ Ngelamun ya?” Tanya Ogek.
            “ Ngg..gak kok, apaan sih?”. Akhir-akhir si Ogek mulai bersahabat denganku, padahal awalnya Ogek hanya bersahabat dengan Sefia.
            Persahabatan kami berjalan sangat baik. Nano-nano rasanya, karena kami (Aku, Sefia dan Ogek) memiliki kemampuan dan kebiasaan yang berbeda-beda tapi ternyata dapat disatukan.
            Saat pembagian rapor pun tiba. Sefia dan Ogek mendapat peringkat yang sama.
            “ Sefia, Ogek, selamat ya!” Ucap teman-temanku.
            “Hey! Selamat kawan, ciee pinter banget sih?” Canda ku pada mereka. Akupun berjabat tangan dengan mereka. Dan syukurlah nilai raporku meningkat, Aku masuk lima besar. Terimakasih YaAllah.
            Ribut. Sangat ribut!. Inilah suasana kelas sembilan G. Ada ataupun tak ada guru, kelas ini selalu ribut. Kelas ku juga terkenal kelas paling nakal, katanya sih kelas G udah terkena kutukan. Pasti ada saja muridnya yg sangat nakal. Eros, salah satu sahabatku yang terkenal nakal dan usilnya. Ia tiba-tiba berteriak di depan kelas.
            “ Wee... guru PKN gak ada1 Horeee!” Senangnya Ia bukan main. Seisi kelas pun gaduh, semua bergembira termasuk Aku. Karena jika guru PKN absen, berarti ulangan ditunda.
            “ Eros bohong!” Teriak Feni kecewa.
            “ Bu guru ada di kelas sebelah tauk.” Gumam Feni.
            “Haha dibohongin aja mau”. Ejek Eros pada Feni. Teman sekelas menyorakinya.
            Bagaimanapun juga, Dialah Eros sahabatku yang bisa dibilang unik karena tingkah lakunya. Dia memiliki hobi meminjam pulpen teman, dan akan dikembalikan saat tintanya habis. Memang dasar anak kamseupay.
            “ Empat serangkai!sini yuk.” Ajak Titak pada kami.
            “ Iya Tak, bentar ya.” Aku sekarang memiliki sebuah geng yang bernama empat serangkai terdiri dari Aku, Sefia, Ogek dan Dini. Dan di 26 Swaggies juga ada GCLaF, terdiri dari Gina, Cila,Lani dan Feni. Mereka adalah geng yang unik, gila dan kocak. Gado-gado deh pokoknya.
            Saat inilah, saat dimana aku merasa terjadi perubahan lagi dalam diriku. Aku merasa semua lebih berat untuk dijalani, butuh kerja keras. Sekarang Aku punya tanggung jawab yang besar. Umurku menginjak empat belas tahun, dan Aku harus lebih dewasa. Itulah harapanku.
            Aku mulai mengerti diri sendiri, Aku saat ini lebih diam walaupun terkadang masih sering ngebanyol. Aku merasa lebih mandiri sekarang.
            “ Alicia, ke kantin yuk.” Ajak Cila padaku.
            “ Duluan aja Cil, nanti Aku nyusul. Masih kerjain matematika nih.” Balasku dengan senyum. Saat itu guru matematika memang tak hadir, dan kami hanya diberikan tugas yang harus dikumpulkan hari itu juga. Hanya empat serangkai saja yang mengerjakan.
            Gengku ini memang dikenal geng paling rajin, tapi menurutku biasa saja. Rasanya senang hati ini saat bisa berkumpul , tertawa, dan bercanda bersama teman-teman 26 Swaggies. Sefia, bagiku dia adalah orang yang benar-benar ku anggap sahabat. Dari awal perkenalanku dengannya saat MOS, saat pramuka, dan hingga saat ini Sefia selalu bersamaku. Pernah memang kami bermusuhan, hanya karena masalah sepele. Tapi tak sampai sehari kami pun berdamai.
            Rasa cinta, itulah yang membuat aku dan Sefia berdamai, Aku mencintainya sebagai saudaraku.Dan saat ini juga Aku merasakan cinta. Perasaan yang benar-benar mendewasakan bagiku. Banyak memang orang yang ku kagumi sejak kelas delapan, tapi saat ini Aku sepertiny jatuh cinta. Wajarlah karena Aku anak remaja. Aku selalu melimpahkan semua isi hatiku kepada Ibuku. Aku jujur padanya atas apa yang telah terjadi padaku. Karena bagiku, Ibu adalah penolongku saat hati ini ragu.
            “Bu, Ibu pernah remaja kan?” Tanyaku dengan pelan. Aku menceritakan semuanya pada Ibu saat itu.
            “ Ibu pernah jatuh cinta gak?” Tanyaku terbata-bata.
            “ Ibu sama seperti kamu, Ibu merasakan saat remaja dan adanya cinta.” Mulailah Aku diceritaka oleh ibu tentang masa remajanya, dan saat Aku menceritakan pada Ibu tentang seseorang yang menyukaiku, Ibu diam dan tersenyum.
            “ Kamu gak dilarang merasakan cinta, tapi alangkah baiknya kamu dekat saja dengannya, jangan sampai terjerumus.” Ucap Ibu.
            “ Tapi Bu, kalau sama-sama suka gimana?” Tanyaku ragu.
            “Jalanin saja dulu , anakku.”  
            Nasihat Ibu tadi telah membuat hatiku lebih tenang. Aku senang kerana Ibu mengerti tentang perasaanku
            “Aku sayang Ibu.” Ucapku dalam peluknya.
            Tak terasa tinggal menghitung bulan, Aku akan meninggalkan sekolah ini. Aku akan melaksanakan Ujian Nasional dan lanjut ke bangku SMA. Begitu cepat rasanya. Tiba-tiba Aku rindu dengan segalanya. Segala peristiwa sejak awal Aku berdiri di sini, hingga saat ini.
Aku berharap, semoga persahabatan ku dengan teman-temanku tetap abadi. Aku dan ‘Dia’ tetap dalam satu hati. Takkan kulupakan suka dan duka ku dengan mereka dan dengannya. Kalian lah semangat hidupku, kawan.
Catatan          :
Sensei              : sebutan untuk guru dalam bahasa jepang.
Martikulasi      : pembelajaran bahasa inggris kepada murid baru.
How are you?: bagaimana kabarmu (bahasa inggris).
Morning class:  selamat pagi kelas (bahasa inggris).
Kamseupay     :  kampungan sekali udik payah.
Shoot               : ditembak (menyatakan perasaan).

No comments:

Post a Comment